SEJARAH DESA KEMUJAN
Lahirnya sebuah desa tidak terlepas dari suatu sejarah atau peristiwa di masa lampau. Terkadang kata dari nama desa itu sendiri diambil dari nama peristiwa penting yang menjadi sejarah dari suatu daerah, seperti halnya Desa Kemujan
Desa Kemujan terletak di Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara
Desa Kemujan adalah Desa yang homogen karena memiliki berbagai suku dan budaya. Selain suku jawa, di Desa Kemujan juga banyak didapati penduduk suku Bugis, Makasar, Buton, Madura, Batak
Desa Kemujan memiliki sejarah yang cukup unik, karena Desa Kemujan merupakan daerah bagian kepulauan Karimunjawa yang sudah dikenal sejak era kemaritiman jauh sebelum kemerdekaan. Lokasi kepulauan Desa kemujan yang setrategis berada ditengah laut jawa dan memiliki kondisi geografis yang cocok sebagai tempat berlindung dari cuaca buruk (ombak dan badai laut) menjadikannya sebagai salah satu rute pelayaran yang ramai lalu lintas. Itu terbukti karena letaknya yang strategis membuatnya banyak disinggahi berbagai suku bangsa baik yang sedang berlayar dari luar negeri nusantara maupun dalam negeri sendiri sejak era kerajaan, era kewalian, era penjajahan dan bahkan sampai saat ini.
Ada berbagai alasan para pelaut sampai dikepulauan karimunjawa, baik itu karena pencarian tempat baru yang sengaja atau tidak sengaja, ekonomi dan perdagangan, alasan konflik didaerah asal, dakwah di era kewalian, kepentingan militer di era penjajahan, keperluan logistik bagi pelaut, berlindung dari cuaca buruk bahkan korban kapal karam dan sebab-sebab lainnya.
Sebagai salah satu buktinya, Desa Kemujan memiliki Dermaga tua di Dusun Telaga yang selalu ramai disinggahi oleh para pelaut. Masyarakat kemujan menyebutnya sebagai “Dermaga Legon Bajak” dan kisah yang selalu diceritakan turun temurun mengenai nama tempat tersebut adalah, bahwa Dermaga Legon Bajak merupakan tempat persembunyian dan penyimpanan hasil rampokan para bajak laut saat itu.
Dari berbagai temuan benda-benda kuno (keramik), peninggalan sejarah (petilasan dan makam-makam tua) dan cerita turun temurun yang hidup dalam kehidupan masyarakat Desa Kemujan, diperkirakan bangsa-bangsa yang pernah singgah di wilayah kemujan adalah sebagai berikut :
Era Kerajaan
Karena letak kepulauan Karimunjawa yang strategis (ditengah perairan/laut jawa) sangat mungkin bila kepulauan karimunjawa disinggahi oleh pelaut-pelaut dari berbagai daerah berabad-abad yang lalu.
Di era kerajaan majapahit lampau, diduga kepulauan Karimunjawa telah disinggahi oleh kerajaan China (era dinasti ming). Ini dibuktikan telah ditemukannya keramik diperairan pulau parang yang bermotif cina dan setelah diteliti disimpulkan telah berusia 500 tahun. Hal ini juga didukung oleh fakta sejarah bahwa pernah terjadi kerjasama dagang antar kerajaan China dengan kerajaan Maja Pahit yang berkuasa kala itu.
Era Kewalian
Selain Makam Sunan Syeikh Amir Hasan (Sunan Nyamplungan), di Kemujan (gon Kluwak) juga terdapat banyak makam yang dipercaya secara turun- temurun oleh masyarakat Kemujan sebagai salah satu makam Waliyullah beserta para pengikutnya. Beliau adalah Sayyid Abdullah bin Abdul Lathif. Sebagaimana tujuan Syeh Amir Hasan, tujuan Syeikh Abdullah adalah untuk dakwah atau penyebaran Agama Islam di Desa Kemujan.
Era Penjajahan
Desa Kemujan juga pernah menjadi saksi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tepat di Dusun Batu Lawan, didapati goa yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai “Goa Jepang” Goa tersebut dinamai Goa Jepang karena menurut para sesepuh Desa merupakan peninggalan penjajah Jepang yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan dokumen-dokumen penting yang bersifat rahasia dan persenjataan tentara Jepang.
ASAL USUL NAMA –NAMA WILAYAH DI DESA KEMUJAN
Sebelum terbentuknya Desa Kemujan, wilayah tersebut sudah terbagi menjadi beberapa wilayah dengan masing-masing namanya antara lain : Kemujan itu sendiri, Jelamun, Telaga, Batu Lawang, Gelaman, Mrican, Legon pinggir dan Legon tengah.
Kemujan :
Selain sebagai nama Desa, Kemujan juga digunakan sebagai nama sebuah Dusun dengan 2 (dua) Rw yang padat penghuni. Nama itu diambil dari kata “Pamujan” dalam bahasa jawa yang berarti “Tempat pemujaan yang dimaksud sebenarnya adalah “Legon Kluwak” yang sejak dahulu kala sampai saat ini dikeramatkan oleh masyarakat Desa Kemujan, karena disitulah tempat Syeikh Abdullah Bin Lathif asal Persia dimakamkan. Di kelomplek pemakaman itu juga terdapat makam isteri beliau yang bernama Cikmas Rhohelawati Putri Bunga Melur yang merupakan putri dari Raja Sri Wijaya, beserta putrinya yang bernama Salnawati Putri Bunga Melur.
(Sumber : Bpk. H. Yuslam Said, BA dan Sesepuh Desa Kemujan)
Legonipah
Legonipah atau yang biasa disebut Gonipah adalah salah satu kampung yang paling berdekatan dengan Kemujan di sisi baratnya. Menurut hikayatnya yang beredar, Legonipah dahulu kala adalah hutan belantara yang dihuni beberapa penduduk saja dan banyak ditumbuhi pohon nipah, sehingga masyarakat dahulu kala manamai kampung tersebut dengan nama “Gonipah” yang dalam bahasa jawa berarti “tempat pohon nipah”
(Sumber : Bpk. H. Yuslam Said, BA dan Sesepuh Desa Kemujan)
Jelamun :
Jelamun merupakan daratan yang memanjang yang bersebelahan dengan Kemujan disisi utaranya kemujan, kampung jelamun memiliki pantai yang subur ditumbuhi berbagai jenis Padang Lamun yang dalam bahasa jawa lokal, masyarakat lebih kerap menyebutnya sebagai “jelamun” oleh sebab itu daerah tersebut dinamai Jelamun.
(Sumber : Bpk. H. Yuslam Said, BA dan Sesepuh Desa Kemujan)
Telaga :
Dusun Telaga berada ditengah dataran Desa Kemujan diantara Dusun-dusun lainnya. Awalnya wilayah ini dinamai oleh kebanyakan masyarakat suku bugis dan terdapat beberapa danau alam kecil. Masyarakat bugis tersebut kemudian menamai daerah tersebut dengan nama Telaga sebagai nama dan identitas tempat tinggalnya. Namun karena posisinya yang sentral, kemudian suku yang lain jawa dan madura turut berbaur dalam wilayah tersebut.
(Sumber : Para Sesepuh Warga Telaga)
Gelaman :
Diambil dari kata “gelam”, sebuah nama pohon yang tumbuh besar di daerah samping Dusun Telaga. Dari cerita yang beredar sebagaimana penamaan daerah-daerah di wilayah Desa Kemujan, kampung ini dinamai dengan nama sesuatu yang banyak didapati di dalamnya, yaitu pohon gelam. Dahulu, jika akan menuju kampung ini maka orang akan mengatakan “ke gelaman” (ke kampung dimana banyak pohon gelam tumbuh di dalamnya).
(Sumber : Para Sesepuh Warga Mrican)
Mrican :
Kampung Mrican terletak di ujung pulau kemujan bagian barat daya Desa Kemujan. Namanya berasal dari sebuah pulau kecil berukuran lebih kurang 20.000 m² yang berada di sebelah baratnya. Keberadaan pulau tersebutlah yang kemudian menginisiasi penduduk kampung ini menamai wilayah tinggal mereka dengan nama Mrican yang berarti tempat dimana terdapat pulau mrico (pulau kecil di daerahnya)
(Sumber : Para Sesepuh Warga Mrican)
Legon Gede dan Legon Pinggir :
Kampung Legon Gede dan Legon Pinggir adalah nama kampung yang berbeda namun berdampingan. Meski demikian, daerah geografisnya sama-sama memiliki hamparan pantai berlekuk (legon) dan dikelilingi oleh berbagai jenis tanaman mangrove. Oleh sebab itu, kedua kampung ini dinamai dengan nama Legon Gede dan Legon Pinggir.
Batu Lawang :
Dusun Batulawang adalah sebagian dataran dari Desa Kemujan merupakan ujung sebelah utara Pulau Kemujan yang berbentuk tanjung. Penduduk yang tinggal di Dusun Batulawang adalah mayoritas suku bugis hingga mereka menyebutnya sebagai Tanjung Batu Lawang. Nama Batu Lawang sendiri diambil dari dua suku kata bahasa bugis (batu dan lawang / mlawang) yang berarti batu yang berjarak atau jarang, maksudnya adalah batu yang jarang-jarang atau batu yang berjarak. Para pendahulu dusun ini menamainya dengan Batulawang, karena di wilayah tanjungnya terdapat dua pasang batu yang dahulu disebut sebagai batu mandi (karena selalu tersapu ombak seperti layaknya orang sedang mandi menyiramkan air) namun ada juga yang menyebutnya sebagai batu pengantin (karena keberadaannya yang berpasangan seperti sepasang pengantin).
Versi lain dari penamaan Dusun Batulawang adalah asal usul namanya yang disinyalir diambil dari bahasa jawa, batu yang berarti batu dan lawang yang berarti pintu.
Ada sumber yang menerangkan bahwa nama tersebut diambil dari sejarah Gua Jepang yang ada di dusun tersebut, gua yang digunakan oleh tentara Jepang untuk menyimpan dokumen-dokumen penting dan rahasia juga senjata itu akan terlihat saat air laut surut dan akan tertutup saat air laut pasang, kini gua tersebut tak lagi terlihat karena sudah tertutup oleh pasir dan batu serta terpaan ombak yang menghantam mulut gua tersebut.
(Sumber : Bpk. Abdul Rasak, Bpk. Abdullah, dan tokoh suku bugis lainnya)
TAHAP MENJADI DESA KEMUJAN
Dari 30 sebaran Pulau di Karimunjawa salah satunya adalah pulau Kemujan, yang seiring berjalannya waktu semakin tumbuh jumlah penduduknya. Untuk mempermudah akses pelayanan terhadap masyarakat kemudian Pulau Kemujan bersama dengan Pulau Parang dianggap oleh Pemerintah Daerah Jepara memenuhi syarat menjadi suatu Desa yang mandiri, dan untuk mewujudkan menjadi Desa maka berbagai persiapan dilakukan, berkut tahapan persiapan menjadi Desa Kemujan :
1982 Desa Persiapan
Dibawah kepemimpinan Camat Karimunjawa (Bpk. Soemaryo 1982), persiapan pembentukan desa Kemujan segera disusun melalui program Perencanaan Pemekaran Wilayah Desa di Kecamatan Karimunjawa untuk dapat diproses ditingkat Pemda Jepara.
1985 Desa Definitif
Kemudian sebelum diadakan pemilihan Kepala Desa, pihak Pemda Jepara mengangkat Ibu Wartinah sebagai Pejabat Sementara (PJS) dan Bapak Abdul Basyir sebagai Sekdesnya. Maka pada tahun 1985, yang awalnya disebut sebagai Dukuh Kemujan berubah menjadi Desa Definitif Kemujan.
1985 Kepala Desa Kemujan
Kepala Desa terpilih adalah Ibu Wartinah dan sebagai Sekdesnya adalah Bp. Abdul Basyir. Luas Desa Kemujan sekitar 1.626 Ha, yang terbagi menjadi 4 Dukuh antara lain : Dukuh Kemujan, Dukuh Telaga, Dukuh Mrican, Dukuh Batulawang.
WILAYAH DESA KEMUJAN
Luas Wilayah : 1.626 Ha
Batas Wilayah :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Desa Karimujawa
Sebelah Barat : Laut Jawa
Sebelah Timur : Laut Jawa
Orbitasi ( Jarak dari Pusat Pemerintahan ) :
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 17 Km
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota : --- Km
Jarak dari kota / Ibukota Kabupten : 45 Mil
Jarak dari Ibukota Provinsi : 65 Mil
MASYARAKAT DESA KEMUJAN
1. Jawa : 2.326 jiwa
2. Madura : 210 jiwa
3. Buton : 50 jiwa
4. Bugis : 439 jiwa
5. Mandar : 53 jiwa
6. Batak : 4 jiwa
7. Makasar : 299 jiwa
Agama
1. Islam : 3.294 jiwa
2. Kristen : 21 jiwa
3. Katolik : 1 jiwa
Potensi Desa Kemujan
1. Perikanan dan Budidaya Rumput Laut
2. Perkebunan Kelapa
3. Area Wisata